Kamis, 09 November 2017

Penyebab Guru Menjadi Profesi yang kurang berkelas

NB: Apa yang saya sampaikan berikut adalah sudut pandang saya pribadi, terserah pembaca setuju atau tidak.


Kenapa judul di atas menjadi perhatian saya? 
1. Karena saya adalah guru
2. Tentunya pernah menjadi murid
3. Banyak penomena yang terjadi pada guru sehingga menarik untuk di ulas. 

Ok. Langsung saja mulai berpendapat. 
Saya sering ketika awal bertemu atau kenalan dengan orang2 baru, setelah melalu basabasi panjang akhirnya samapai pada masalah ketika kita menyampaikan kerjaan kita apa. Guru, kalian tau ada semacam ekspresi yang kurang pas dari lawan bicara kita. Dibandingkan dengan mereka yang berprofesi dokter, polisi, arsitek, dll

Pertanyaannya adalah kenapa kok profesi guru bisa dipandang rendah? 

Pertama, penyebabnya adalah dari guru itu sendiri. 
Dari mendidik alakadarnya, masuk ninggalin catatan, atau ninggalin soal tanpa penjelasan. Masuk hanya sekedar masuk tidak untuk benar benar mendidik. Hasilnya siswa kurang respect terhadap guru seperti itu. 

Kedua, sumber masalah masih pada guru tersebut. 
Memaksakan diri mengajarkan matapelajaran yang bukan jurusannya. Dengan kata lain dia belajar sambil mengajar. kebayang tidak, ketika dia terjebak dengan pertanyaan siawa yang dia sendiri tidak bisa. Jawabannya apa, maaf bapak kan sebenarnya bukan ini jurusan bapak, jadi kalau bapak masih belum begitu bisa harap maklum ya. 
Kebayang tidak bagaimana jika kamu jadi siswa? Siswa dituntut sempurna dalam mengerjakan tugas dari guru. Nah giliran guru yang tidak bisa meminta siswa untuk memaklumi. It's not fair.

Ketiga, rendahnya standarisasi penerimaan guru di sebagian besar sekolah di indonesia. Kalian tau bagaimana susahnya menjadi seorang dokter, supaya bisa diterima di rumah sakit? penilaiannya dimulai dari akreditasi kampusnya, IPK berapa, melewati test tertulis dan wawancara yang begitu sulit dan serangkaian persyaratan yangbharus dilewati hingga menjadi seorang dokter. Nah, bagaimana dengan guru? Kota saya puruk cahu sekolah yang memberikan standar khusus buat calon guru yang akan mengajar disekolah tsb paling ada satu atau dua saja. Selebihnya, terima aja, yang penting kerabat sama kepala sekolah, yang penting cantik, latar belakang pendidikan kadang dinomor sekian kan. Kampusnya dimana? Kuliahnya regular atau tidak, tidak melewati test. 

Logikanya seperti ini. Masakan yang dimasak oleh chef koki atau juru masak lainnya dibandingkan dengan masakan yang dimasak oleh mereka yang tidak pernah belajar masak. Kira2 meyakinkan mana hasilnya? Ya chef atau koki lah. 
Mengajarpun sama, guru itu harus punya standar,. Misalnya harus s1, bisa baca tulis al qur'an jika sekolahnya madrasah, dapat gelar sarjana dan benar benar mengenyam bangku sekolah.

Coba perhatikan, ada sekolah tertentu yang gurunya baru lulus SMA sederajat. mau ngajar apa mereka? Saya tidak bermaksud merendahkan. Jika penerimaan profesi lain seperti perwat, dokter dan lain2 saja mereka punya standar. bagaimana bisa menjadi guri tidak sperti itu. Makanya guru semacam profesi rendah disebagian orang. 

Keempat, rendahnya biaya honor dan tunjangan buat para guru. Kesejahteraan itu penting, bagaimana mungkin guru mampu mengajar total jika sambil ngajar saja masih mikir besok makan apa. Sedih jika ada tenaga honorer yang demo participant yang banyak pasti guru honorer. Sampai ada meme (sidiran) pembatu di hajih 700 perbulan guru yang tugasnya mencerdaskan anak bangsa, masa depan bangsa digajih 300 rb perbulan. 

Pemerintah seharusnya belajar dari negara2 maju bagaimna mereka menghargai dan memperlakukan guru. Guru itu sangat penting. ibaratkan pohon guru itu batangnya, cabang cabang pohon itu adalah profesi lainnya termasuk presiden. Untuk mendapatkan cabang yang kokoh kuat bersaun lebat dan bebrbuah banyak batangnya harus sehat. Gurunya harus handal jika ingin generasi bangsa menjadi lebih baik. 

Sekali lagi apa yang sayansampaikan di atas merupakan pendapat pribadi saya. 

Oleh: Amrullah Hakim

Tidak ada komentar: